Ketegangan AS-China terhadap rupiah ini memicu adanya perhatian yang lebih dari masyarakat Tanah Air. Bagaimana tidak, akibat pandemi Covid-19, perekonomian Indonesia masih belum kunjung stabil.
Saat ini pun justru harus menghadapi ketegangan antara Amerika Serikat dan China. Sudah sejak lama, kedua negara ini menunjukkan persaingan yang sengit terhadap perkembangan perekonomian dunia.
Mau tidak mau, Indonesia turut mendapatkan dampak dari persaingan tersebut. Sehingga, membuat Indonesia harus semakin siap dan sigap dalam menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi.
Strategi di dalam menggerakkan perekonomian negara pun terus diupayakan agar kita tidak berlarut-larut di dalam kekhawatiran karena nilai mata uang rupiah yang cenderung berubah-ubah.
Ketegangan AS-China Terhadap Rupiah
Ariston Tjendra, selaku kepala Riset dan Edukasi PT Monex Investindo memproyeksikan nilai tukar rupiah hari. Dimana akan mengalami tekanan bersamaan dengan memanasnya hubungan antara China dan Amerika Serikat.
Hal tersebut bermula setelah Amerika Serikat meminta China untuk menutup kantor konsulatnya yang ada di Houston. Karena Amerika Serikat meminta penutupan konsulat China yang ada di Houston, membuat ketegangan hubungan Amerika Serikat dengan China semakin meningkat.
Hal tersebut juga akan menjadi indikasi yang memicu pelemahan nilai tukar emerging market terhadap dollar Amerika Serikat. Ketegangan AS-China terhadap rupiah kini kian menjadi-jadi.
Sebab, ketegangan antara kedua negara ini tidak kunjung mendapatkan titik temu. Namun justru sebaliknya, dapat berpotensi membuat China marah dan murka. Yang berujung dengan melakukan pembalasan terhadap pemerintah Amerika Serikat.
Tentu saja, hal tersebut semakin memperburuk keadaan serta hubungan kedua negara ekonomi terbesar dunia ini. Terdapat banyak pihak yang mengkhawatirkan kondisi ini akan menjalar ke isu perdagangan.
Hubungan perdagangan yang kurang baik di antara dua ekonomi terbesar dunia ini dapat memberikan dampak yang kurang baik terhadap perekonomian dunia. Pastinya timbul rasa khawatir karena dapat memperlambat pertumbuhan dan perkembangan ekonomi secara global.
Disamping itu, pasar saat ini juga masih dibingungkan mengenai penularan virus Covid-19. Bahkan hingga saat ini masih terus saja menunjukkan peningkatan jumlah kasus.
Tak lepas dari hal tersebut, dunia kesehatan, kedokteran, dan farmasi, masih terus berupaya untuk menggenjot uji coba vaksin agar dapat segera diproduksi secara masal demi pencegahan yang dilakukan. Tentu saja, ketegangan AS-China terhadap rupiah ini menjadi masalah kita bersama.
Posisi Nilai Rupiah Saat Ini
Pada Jumat pagi hari ini, 24 Juli 2020, nilai tukar rupiah berada pada level Rp14.514 per dollar Amerika Serikat. Kedudukan tersebut menguat sebanyak 66 poin atau setara dengan 0,45 persen dari Rp14.580 pada Kamis, 23 Juli 2020 kemarin.
Nilai rupiah ini menguat seiring dengan mata uang Asia. Seperti halnya mata uang ringgit Malaysia 0.02 persen.
Kemudian ada dollar Singapura yang menguat menjadi 0.1 persen. Mata uang yen Jepang menguat sebesar 0.31 persen.
Selain itu, juga ada mata uang peso Filipina menguat sebanyak 0.06 persen. Mata uang bath Thailand pun juga turut menguat sebesar 0.07 persen.
Bila dilihat dari kondisi ini, ketegangan AS-China terhadap rupiah kian mendebarkan saja. Tak hanya memberikan pengaruh di negara-negara Asia, melainkan juga terjadi di jajaran mata uang utama negara-negara maju.
Seperti halnya, dollar Australia yang kini menguat sebesar 0.21 persen. Nilai mata uang poundsterling Inggris mencapai 0.09 persen.
Diikuti dengan mata uang dollar Kanada yang menguat sebesar 0.1 persen. Euro Eropa sebesar 0.14 persen serta mata uang franc Swiss menguat sebesar 0.09 persen.
Pengaruh Terhadap Nilai Mata Uang Rupiah
Ketegangan AS-China terhadap rupiah memberikan sikap optimistis. Pasalnya, terdapat sebuah kemungkinan rupiah akan bertahan di kondisi positif hingga sore hari ini.
Hal tersebut dikarenakan memanasnya hubungan AS serta China yang membuat dollar AS tertekan. Pasar mulai dikhawatirkan terkait ekonomi AS yang akan terpengaruh karena memanasnya hubungan negara tersebut dengan China.
Apabila benar demikian, maka kondisi ekonomi Negeri Paman Sam akan lebih tertekan di tengah-tengah pandemi virus Covid-19. Ketegangan AS-China terhadap rupiah ini dapat melanjutkan penguatan rupiah. Sebab, hal tersebut memiliki potensi kisaran Rp14.500 per dollar Amerika Serikat hingga Rp14.650 per dollar Amerika Serikat.